24 Nov 2013

Koperasi Bina Mandiri



Pasangan suami-istri, Askari dan Uwinah, berhasil mengubah kesulitan petani jeruk di Desa Weragati, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menjadi peluang usaha yang menghasilkan keuntungan.

Tanaman jeruk sambal dan jeruk peras yang ditanam di area seluas 22,5 hektare (Ha) sangat melimpah di Desa Weragati. Masa panen buah ini memang tidak ada putusnya, baik di musim hujan maupun kemarau.

Sayangnya, harga buah ini naik-turun sehingga kadang bisa anjlok. Menurut Uwinah, 45, Kepala Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) setempat, harga jeruk sambal sempat anjlok hingga Rp300/kg pada 2006 dari biasanya Rp7.000-Rp15.000/kg.

Para petani jeruk sambal enggan memetik buah karena harga jual dengan ongkos memetik tidak seimbang. Uwinah bersama Askari, 46, suaminya, yang menjabat Kepala Desa Weragati, prihatin terhadap kesulitan warganya.

Keduanya berpikir agar bisa memecahkan masalah yang dihadapi petani jeruk di desanya. Mereka meminta Kepala Urusan Ekonomi dan Pengembangan (Kaur Ekbang) desa setempat, Didi Suryadi, lulusan sarjana teknik pertanian Universitas Widya Mataram Yogyakarta, untuk meneliti kandungan jeruk sambal.

Hasilnya, jeruk sambal memiliki kandungan minyak asiri. Setelah dihitung, keuntungan dari minyak asiri terlalu kecil serta hanya bagian kulit jeruk yang dimanfaatkan, sedangkan dagingnya terbuang.

Uwinah dan Askari lalu bermusyawarah dengan warga dan Didi Suryadi untuk memanfaatkan bagian daging jeruk. Terciptalah pengolahan daging jeruk menjadi sirup. Sirup dari jeruk sambal itu diberi nama Jestika, kepanjangan dari Jeruk Sambal Weragati Majalengka. Sirup dengan cup gelas di jual dengan harga Rp. 500/gelas.






Selain Jestika koperasi Bina Mandiri juga memproduksi kripik yang terbuat dari opak sampeu khas Daerah Cangcalayang , Desa Waringin Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka .Dengan dua pilihan rasa yaitu balado dan original . Dijual perpack dengan harga Rp.7000 .

Modal saat usaha ini mulai dijalankan dibantu dari Koperasi Bina Mandiri di Desa Weragati sebesar Rp6 juta. Sambil meneliti lebih lanjut, Uwinah yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Desa Weragati bersama anggotanya mencoba menampilkan hasil pengolahan jeruk itu pada Pameran Pembangunan Kabupaten Majalengka di Lapangan Gelanggang Generasi Muda (GGM) pada 2006. Hasil karyanya mendapat sambutan luar biasa, termasuk dari Pemerintah Kabupaten Majalengka.

“Saat itu kami belum mengantongi izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga), apalagi sertifikasi halal. Namun, permintaan pengunjung yang ingin membeli produk Jestika cukup banyak sehingga pegawai dari Dinas Kesehatan mempersilakan kami untuk menjualnya. Alhamdulillah, produk Jestika terjual laris dan habis,” kata Uwinah di tempat produksi sirup Jestika, Blok Pasar Desa Weragati belum lama ini.

Menurut Uwinah, tempat produksi Jestika pertama kali di balai desa dengan enam pegawai bagian pengupas kulit dan dua pegawai penyuling. Peralatan yang dimiliki masih terbatas pada alat-alat manual serta belum mengantongi izin PIRT dan sertifikat halal. Kelengkapan tersebut baru dapat terpenuhi setelah mendapatkan bantuan keuangan program pembinaan dari Bank BRI.

Wanita kelahiran 2 November 1965 itu menuturkan, pernah mengalami kesulitan membeli beberapa peralatan yang rusak pada 2008. Atas dasar itu, pihaknya mendapatkan penawaran program pembinaan dari Bank BRI pada September 2008 lebih dari Rp20 juta setelah mengisi dialog di TVRI Bandung.

“Kami menyambut baik program tersebut dan Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Peralatan yang rusak diganti dengan yang baru dan bisa membeli peralatan pelengkap lainnya. Sisanya kami gunakan untuk pengembangan usaha,” kata Uwinah.

Setelah berjalan satu tahun empat bulan, tepatnya pada Maret 2010, saat mengikuti pameran di Jakarta, Jestika mendapatkan penawaran kedua dari Bank BRI untuk memperpanjang program pembinaan. Nilai bantuan bertambah menjadi sekira Rp50 juta.

Bantuan tersebut digunakan untuk pengembangan usaha dan peningkatan sarana dan prasarana di antaranya tempat produksi, outlet Jestika, perizinan, dan sertifikat halal.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Bank BRI yang telah membantu usaha yang dikelola oleh Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) yang di dalamnya adalah ibu-ibu dari tim penggerak PKK Desa Weragati,” ujar Uwinah.

Kini Uwinah dan Askari telah mengenyam hasil jerih payah mereka. Sebanyak 50 warga dari keluarga eks penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) bekerja sebagai pengupas kulit. Aset yang dimiliki Jestika pun bertambah menjadi sekira Rp200-an juta.

“Minuman segar Jestika sangat natural karena berasal dari buah jeruk asli dan memakai gula tebu. Selain natural, Jestika juga bisa menjadi ikon minuman segar asal Kabupaten Majalengka. Jestika bisa jadi oleh-oleh khas Majalengka. Kami yakin Jestika akan berkembang dengan pesat,” ujar Uwinah.





(taofik hidayat) (Koran SI/Koran SI/ade)

11 Nov 2013

BAB 9 - BAB 12

BAB 9
EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI
DILIHAT DARI SISI ANGGOTA


1. EFEK-EFEK EKONOMIS KOPERASI

Salah satu hubungan penting koperasi adalah dengan para anggotanya, yang sekaligus sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi.
Motivasi ekonomi anggota sebagai pemilik dan anggota akan mempersoalkan dana (simpanan) yang telah diserahkannya, apakah menguntungkan atau tidak. Sedangkan anggota sebagai pengguna akan mempersoalkan kontinuitas pengadaan kebutuhan barang dan jasa, untuk tidaknya tergantung pelayanan koperasi.
Setiap anggota akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan koperasi :
1. Jika kegiatan tersebut sesuai kebutuhannya
2. Jika pelayanan ditawarkan dengan harga, mutu dan syarat-syarat lebih menguntungkan disbanding dari pihak-pihak luar perusahaan


2. EFEK HARGA DAN EFEK BIAYA

Partisipasi anggota menentukan keberhasilan koperasi, sedangkan tingkat partisipasi anggota dipengaruhi oleh besarnya nilai manfaat pelayanan koperasi secara utilitarian dan normative. Motivasi utilitarian sejalan dengan kemanfaatan ekonomis,maksudnya insentif berupa pelayanan barang-jasa yang dilakukan koperasi secara efisien, atau adanya pengurangan biaya atau diperolehya harga menguntungkan serta penerimaan bagian SHU secara tunai maupun bentuk barang. Bila dilihat dari peranan anggota, maka setiap harga yang ditetapkan koperasi harus dibedakan antara harga unruk anggota dan harga non anggota, perbedaan ini megharuskan daya analisis yang lebih tajam dlam melihat koperasi dalam pasar yang bersaing.


3. ANALISIS HUB. EFEK EKONOMIS DENGAN KEBERHASILAN KOPERASI

Koperasi merupakan badan usaha ekonomi yang bertujuan untuk menigkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya. Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi laba tergantung pada besarnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota semakin tinggi manfaat yang terima oleh anggotanya.
Keberhasilan koperasi ditentukan salah satu faktornya adalah partisipasi anggota, partisipasi anggota sangat erat hubungannya dengan efek ekonomis koperasi yaitu manfaat yang diperoleh oleh anggota koperasi.


4. PENYAJIAN DAN ANALISIS NERACA PELAYANAN

Bila suatu koperasi bisa lebih memenuhi pelayan yang sesui dengan kebutuhan anggotanya dibandingkan dengan pesaingnya, maka partisipasi anggota terhadap koperasi akan meningkat. Untuk lebih meningkatnkan pelayanannya kepada anggota koperasi membutuhkan informasi yang dating dari anggotanya sendiri.
Ada 2 faktor koperasi harus meningkatkan pelayanan kepada anggota koperasinya :
1. Adanya tekanan persaingan dari organisasi lain
2. Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat dari perubahan waktu dan peradaban. Perubahan kebutuhan akan

BAB 10
EVALUASI KEBERHASILAN KOPERASI
DILIHAT DARI SISI PERUSAHAAN

1.      Efisiensi Perusahaan Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang kelahirannya di landasi oleh pikiran sebagai usaha kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal. Oleh karena itu koperasi tidak boleh terlepas dari ukuran efisiensi bagi usahanya, meskipun tujuan utamanya melayani anggota.
  • Ukuran kemanfaatan ekonomis adalah manfaat ekonomi dan pengukurannya dihubungkan dengan teori efisiensi, efektivitas serta waktu terjadinya transaksi atau diperolehnya manfaat ekonomi.
  • Efisiensi adalah penghematan input yang diukur dengan cara membandingkan input anggaran atau seharusnya (la) dengan input realisasi atau seharusnya (ls), jika ls < la disebut efisien.
Dihubungkan dengan waktu terjadinya transaksi atau diperolehnya manfaat ekonomi oleh anggota dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat yaitu:
1.1.Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota langsung diperoleh pada saat terjadinya transaksi antara anggota dengan koperasinya.
1.2.Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL) adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota bukan pada saat terjadinya transaksi, tetapi diperoleh kemudian setelah berakhirnya suatu periode tertentu atau periode pelaporan keuangan atau pertanggung jawaban pengurus dan pengawas, yakni penerimaan SHU (Sisa Hasil Usaha) anggota.
Manfaat ekonomi pelayanan koperasi yang diterima anggota dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
TME = MEL + METL
MEN = (MEL + METL) – BA
Bagi suatu badan usaha koperasi yang melaksanakan kegiatan serba usaha (multipurpose), maka besarnya manfaat ekonomi langsung dapat dihitung  dengan cara sebagai berikut:
MEL = EfP + EfPK + EvP + EvPU
METL = SHUa
Efisiensi Perusahaan atau Badan Usaha Koperasi:
a.       Tingkat efisiensi biaya pelayanan badan usaha ke anggota
(TEBP) = Realisasi Biaya Pelayanan
               Anggaran biaya pelayanan
 = Jika TEBP < 1 berarti  efisiensi biaya pelayanan badan usaha ke anggota
b.      Tingkat efisiensi badan udaha ke bukan anggota
(TEBU) = Realisasi Biaya Usaha
                Anggaran biaya usaha
  = Jika TEBU < 1 berarti efisiensi biaya usaha

2.      Efektivitas Koperasi
Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (Oa), dengan output realisasi atau seharusnya (Os), jika Os > Oa disebut efektif.
Rumus perhitungan efektivitas koperasi (EvK) adalah sebagai berikut:
EvkK = Realisasi SHUk + Realisasi MEL
           Anggaran SHUk + Anggaran MEL
          = Jika EvK > 1, berarti Efektif



3.      Produktivitas Koperasi
Produktivitas adalah pencapaian target output (O) atas input yang digunakan (I), jika (O>1) di sebut produktif.
Rumus perhitungan Produktivitas Perusahaan Koperasi
PPK =                     SHUk      x 100 %
(1)                                                Modal Koperasi
PPK =             Laba bersih dari usaha dengan non anggota   x 100 %
(2)                                                                                 Modal Koperasi

 (1) Setiap Rp.1,00 Modal koperasi menghasilkan SHU sebesar Rp…..
 (2) Setiap Rp.1,00 modal koperasi menghasilkan laba bersih dari usaha dengan non anggota sebesar Rp….

4.      Analisis Laporan Keuangan Koperasi
Analisis laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi. Laporan Keuangan Koperasi berisi:
  1. Neraca.
  2. Perhitungan hasil usaha (income statement).
  3. Laporan arus kas (cash flow).
  4. Catatan atas laporan keuangan.
  5. Laporan perubahan kekayaan bersih sbg laporan keuangan tambahan.

BAB 11
PERANAN KOPERASI

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa koperasi memiliki fungsi dan peranan antara lain yaitu mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, serta mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa.

Peran koperasi dalam memajukan perekonomian masyarakat dari dulu hingga saat ini  sangat lah banyak. Karena masyarakat dapat meminjam atau berdagang pada koperasi tersebut. Bukan hanya itu saja  peranan yang dilakukan koperasi juga dapat membantu Negara untuk menggembangkan usaha kecil yang ada dalam masyarakat.

Peranan koperasi dalam perekonomian Indonesia adalah :
  1. Alat pendemokrasi ekonomi
  2. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat
  3. Membantu pemerintah dalam mengelola cabang-cabang produksi yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak
  4. Sebagai soko guru perekonomian nasional Indonesia (tiang utama pembangunan ekonomi nasional)
  5. Membantu pemerintah dalam meletakkan fondasi perekonomian nasional yang kuat dengan menjalankan prinsip-prinsip koperasi Indonesia

Peran Koperasi diberbagai Keadaan Persaingan
A.      Di Pasar Persaingan Sempurna
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna :
·         Adanya penjual dan pembeli yang sangat banyak
·         Produk yang dijual perusahaan adalah sejenis (homogen)
·         Perusahaan bebas untuk mesuk dan keluar
·         Para pembeli dan penjual memiliki informasiyang sempurna

B.      Di Pasar Monopolistik
·         Banyak pejual atau pengusaha dari suatu produk yang beragam
·         Produk yang dihasilkan tidak homogen
·         Ada produk substitusinya Keluar atau masuk ke industri relatif mudah
·         berbeda-beda sesuai dengan keinginan penjualnya

C.      Di Pasar Monopsoni
Disini ada penjual banyak tetapi hanya ada satu Pembeli.

D.      Di Pasar Oligopoli
Oligopoli adalah struktur pasar dimana hanya ada beberapa perusahaan(penjual) yang menguasai pasar  . Dua strategi dasar untuk Koperasi dalam pasar oligopoli yaitu strategi harga dan nonharga.
Untuk menghindari perang harga, perusahaan akan mengadakan product defferentiation dan memperluas pasar dengan cara melakukan kegiatan advertensi, membedakan mutu dan bentuk produk.
·         Penawaran Harga yang bersifat Predator
·         Price Leadership

BAB 12
PEMBANGUNAN KOPERASI

Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang
Kendala yang dihadapi masyarakat :
  1. Perbedaan pendapat masayarakat mengenai Koperasi
  2. Cara mengatasi perbedaan pendapat tersebut dengan menciptakan 3 kondisi yaitu :
    1. Koqnisi
    2. Apeksi
    3. Psikomotor
  3. Masa Implementasi UU No.12 Tahun 1967
Tahapan membangun Koperasi :
  1. Ofisialisasi
  2. De-ofisialisasi
  3. Otonomisasi
  4. Misi UU No.25 Tahun 1992
merupakan gerakan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,  makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Tahapan Pembangunan Koperasi di Negara Berkembang menurut A. Hanel, 1989
Tahap I            :  Pemerintah mendukung perintisan pembentukan organisasi koperasi.
Tahap II           :  Melepaskan ketergantungan kepada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen
 dan  keuangan secara langsung dari pemerintah dan atau organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah.
Tahap III          :  Perkembangan koperasi sebagai organisasi koperasi yang mandiri.





Referensi